Latar Belakang Masalah
Dalam manajemen sumber daya manusia, pengukuran pekerjaan bukan merupakan hal yang aneh, terutama ketika pihak manajemen perusahaan akan memberikan gaji seseorang. Apa yang menentukan gaji Rp.2000.000? Apa ukuran menentukan gaji Rp.2.500.000? dan sebagainya. Untuk itu, dicari dasar yang paling tepat untuk memberikan kompensasi kepada seseorang, yaitu bobot pekerjaan. Seberapa besar sebenarnya pekerjaan itu? Apakah pekerjaan A lebih berat atau lebih sulit dibandingkan dengan pekerjaan B. Dalam manajemen operasi yang dikaitkan dengan sumber daya manusia, pertanyaan yang muncul adalah bagairnana menentukan waktu standar dari suatu pekerjaan? Bagaimana menentukan jika pekerjaan A yang dilakukan seseorang tidak baik, atau lebih lama diselesaikan dari waktu standar?
Oleh karena itu, standar kerja dibutuhkan untuk sebuah system operasi yang efisien. Standar tenaga kerja dibutuhkan bagi perencanaan produksi, perencanaan pekerja, pembuatan anggaran, dan mengevaluasi kinerja. Standar tenaga kerja juga dapat digunakan sebagai dasar system insentif. Mereka digunakan di pabrik dan di kantor. Standar dapat dibuat melalui data masa lalu, studi waktu, standar waktu yang telah ditentukan, dan pemgambilan sempel kerja.
Tujuan penulisan
Penulis membuat Makalah ini bertujuan untuk:
- Untuk menambah wawasan seseorang tentang Standar tenaga kerja dan pengukuran kerja
- Untuk menambah wawasan tentang pengalaman masa lalu
- Untuk memberikan informasi tentang studi waktu
- Untuk memberikan informasi tentang sampling pekerjaan
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional
Standar Tenaga Kerja dan Pengukuran Kerja
Standar tenaga kerja merupakan jumlah waktu yang diperlukan untuk melaksanakan sebuah pekerjaan atau sebagian pekerjaan. Setiap perusahaan memeliki standar tenaga kerja, walaupun mungkin standar yang ditetepkan secara profesional. Hanya dengan adanya standar tenaga kerja yang akaurat, menejemen dapat mengetahui apa kebutuhan tenaga kerja mereka, berapa biaya yang harus dikeluarkan, dan apasaja yang terkandung dalam satu hari kerja normal.
Di awal abad ke-20 Fredrick Taylor, Frank Gilberth dan Lilian Gilberth meniliti sebagian pekerjaan di lakukan secara manual yang mengakibatkan besarnya peran pekerja dalam satu produk. Informasi yang diketahui tentang hal-hal yang termasuk dalam satu hari kerja normal hanya sedikit sehingga manajer melalui suatu penelitian untuk meningkatkan metode kerja dan memahami usaha manusia. Usaha ini berlanjut hingga sekarang, walaupun sekarang kita telah berada di awal abad ke-21 dan upah pekerja sering kurang dari 10% nilai penjualan, standar tenaga kerja masih merupakan hal penting dalam organisasi jasa dan manufaktur. Standar tenaga kerja merupakan titik awal dalam menentukan kebutuhan pekerja.
Manajemen Operasi yang efektif membutuhkan standar yang dapat membantu perusahaan untuk menentukan hal-hal berikut:
- Muatan pekerja dari setiap barang yang di produksi (biaya pekerja)
- Kebutuhan staf (berapa orang yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang dibutuhkan)
- Perkiraan biaya dan waktu sebelum produksi dilaksanakan (untuk membantu mengambil beragam keputusan dari perkiraan biaya hingga ke keputusan untuk membuat sendiri atau membeli)
- Jumlah kru dan keseimbangan pekerjaan (siapa yang mengerjakan apa dalam satu aktivitas kelompok atau pada satu lini produksi)
- Tingkat produksi yang diharapkan (jadi baik manajer maupun pekerja tahu apa saja yang termasuk dalam satu hari kerja normal)
- Dasar perencanaan insentif pekerja (apa yang menjadi acuan untuk memberikan insentif yang tepat)
- Efisiensi karyawan dan pengawasan (sebuah standar diperlukan untuk mengetahui apa yang digunakan dalam penentuan efisiensi)
Pengukuran Kerja (Work Measurement) adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses operasi dalam perusahaan dapat efisien atau tidak biasanya didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa). Satandar tenaga kerja, mewakili waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja rata-rata untuk melaksanakan aktivitas tertentu di bawah kondisi kerja normal. Standar pekerja ditetapkan dengan empat cara:
1. Pengalaman masa lalu (historical experience)
Standar pekerja dapat diperkirakan berdasarkan pengalaman masa lalu (historical experience) yaitu berapa jam pekerja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Standar masa lalu mempunyai kelebihan, karena secara relatif mudah dan murah didapatkan. Standar historis ini biasanya didapatkan dari kartu waktu pekerja atau dari data produksi. Walaupun demikian, standar ini tidak obyektif, dan kita tidak mengetahui akurasinnya, apakah mereka mencerminkan kecepatan kerja yang layak atau buruk, dan apakah kejadian yang tidak biasa terjadi sudah dimasukkan dalam perhitungan. Karena variabel ini tidak diketahui, penggunaan teknik ini tidak dianjurkan. Sebagai penggantinya, studi waktu, standar waktu yang telah ditentukan, dan pengambilan sampel kerja lebih dianjurkan.
2. Studi waktu
Pengambilan waktu dengan menggunakan stopwatch atau studi waktu yang pada awalnya diperkenalkan oleh Fredrick W Taylor di tahun 1881, masih menjadi metode yang paling banyak digunakan hingga sekarang. Prosedur studi waktu mencakup menghitung waktu, contoh sampel kinerja seorang pekerja dan menggunakannya sebagai standar. Seorang pekerja yang terlatih dan berpengalaman dapat menerapkan standar dengan delapan langkah berikut:
- Definiksikan pekerjaan yang akan diamati (setelah analisis metode dilakukan)
- Bagi pekerjaan menjadi unsur-unsur yang tepat (bagian dari pekerjaan yang sering membutuhkan tidak lebih dari beberapa detik)
- Tentukan berapa kali akan dilakukan pengamatan (jumlah siklus atau sampel yang dibutuhkan)
- Hitung waktu dan catat waktu unsure serta tingkat kenerja
- Hitung waktu pengamatan rata-rata. Waktu pengamatan rata-rata merupakan rata-rata hitung waktu setiap unsur yang diukur disesuaikan terhadap pengaruh yang tidak lazim untuk setiap unsure.
Rumus
Waktu pengamatan rata-rata = Jumlah waktu tercatat / Jumlah pengamatan
- Tentukan waktu kinerja (kecepatan kerja), kemudian hitung waktu normal (normal time) untuk setiap unsur.
Rumus
Waktu normal= (waktu pengamatan rata-rata) x (factor tingkat kinerja)
- Tambahkan waktu normal setiap unsur untuk mendapatkan waktu normal total untuk pekerjaan tersebut.
- Hitunglah waktu standar. Penyesuaian ke waktu normal total memberikan kelonggaran, seperti kebutuhan pribadi, keterlambatan yang tidak dapat dihindarkan, dan kelelahan.
Rumus
Waktu standar = waktu normal total / 1 – factor kelonggaran
Kelonggaran waktu pribadi kerap ditetapkan dalam rentang 4% hingga 7% dari waktu total, bergantung pada kedekatan pada toilet, tempat air minum, dan fasilitas lainnya. Kelonggaran keterlambatan sering ditetapkan sebagai hasil penelitian actual dari keterlambatan yang terjadi. Kelonggaran akibat kelelahan didasarkan pada pengetahuan manusia yang terus meningkat akan pengeluaran energy manusia di bawah berbagai kondisi fisik dan lingkungan.
Studi waktu membutuhkan sebuah proses pengmabilan sampel; jadi, pertanyaan kesalahan pengambilan sampel dalam waktu pengamatan rata-rata biasa terjadi. Dalam statistic, kesalahan bervariasi dengan jumlah berbanding terbalik dengan ukuran sampel. Jadi, untuk menentukan banyaknya siklus yang harus dicatat, keragaman setiap unsur dalam pengamatan harus dipertimbangkan.
Untuk menentukan sebuah ukuran sampel yang memadai, tiga hal berikut harus dipertimbangkan:
- Seberapa akurat hasil pengamatan yang diinginkan ( sebagai contoh, apakah kurang lebih 5% dari waktu siklus yang diamati sudah mencukupi?)
- Tingkat keyakinan yang diinginkan (sebagai contoh, nilai z; apakah 95% sudah mencukupi atau harus 99%
- Berapa variasi yang muncul dalam unsur kerja (sebagai contoh, jika terdapat variasi yang banyak, maka dibutuhkan ukuran sampel yang lebih besar)
Predetermined Time Standards ( Standar Waktu yang telah ditentukan)
Selain pegalaman historis dan studi waktu, standar produksi dapat ditetapkan dengan menggunakan standar waktu yang telah ditentukan. Standar waktu yang telah ditentukan membagi pekerjaan manual menjadi unsur dasar yang kecil yang telah memiliki waktu tertentu (berdasarkan sampel pekerja yang sangat besar). Untuk memperkirakan waktu untuk sebuah pekerjaan tertentu, factor waktu bagi setiap unsure dasar dari pekerjaan itu dijumlahkan. Untuk dapat mengembangkan system standar waktu yang telah di tentukan secara menyeluruh, dibutuhkan biaya yang besar. Akibatnya, sejumlah system dapat diperoleh secara komersial. Standar waktu yang telah ditentukan yang paling umum adalah metode pengukuran waktu (methods time measurement-MTM) yang merupakan produk dari MTM Association.
Standar waktu yang telah ditetapkan merupakan perkembangan dari gerakan dasar yang disebut sebagai therblig. Istilah therblig ditemukan Frank Gilbrerth (Gilbreth dieja terbalik dan posisi t dan h ditukar). Therblig mencakup aktivitas seperti memilih (select), mengambil (grasp), mengarahkan (position), merakit (assemble), menjangkau (reach), memegang (hold), beristirahat (rest), dan meneliti (inspect). Aktivitas-aktivitas ini dinyatakan dalam satuan pengukuran waktu (time mesurement unit-TMU), yang sama dengan 0,00001 jam atau 0.0006 menit. Nilai MTM untuk beragam therblig dimuat dalam table-tabel yang sangat terperinci.
Standar waktu yang telah ditentukan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan studi waktu. Pertama, standar waktu ini dapat dibuat di laboratorium, prosedur ini tidak akan mengganggu aktivitas produksi yang sesungguhnya (yang biasanya disebabkan oleh penelitian studi waktu). Kudua, karena standar dapat ditentukan sebelum sebuah pekerjaan benar-benar dilakukan, standar ini dapat digunakan untuk membuat rencana. Ketiga, tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan. Keempat, serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang wajar unntuk menetapkan standar. Yang terakhir, standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan yang melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama. Untuk memastikan standar pekerja yang akurat, beberapa perusahaan menggunakan baik studi waktu maupun standar waktu yang telah ditentukan.
Pengambilan Sempel Kerja
Metode keempat ini menentukan standar produksi atau pekerja, adalah pengambilam sampel kerja, yang dikembangkan di Inggris oleh L. Tippet di tahun 1930. Pengambilan sampel kerja (work sampling) memperkirakan presentase waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada beragam pekerjaannya. Pengambilan sampel kerja membutuhkan pengamatan secara acak untuk mencatat aktivitas yang dilakukan pekerja. Hasilnya terutama digunakan untuk menetukan bagaimana karyawan mengalokasikan waktu mereka diantara beragam aktivitas. Pengetahuan akan pengalokasian ini dapat mendorong adanya perubahan karyawan, penugasan ulang, perkiraan biaya aktivitas, dan penetapkan kelonggaran keterlambatan bagi standar pekerja. Jika pengambilan sampel kerja ini dilakukan untuk menetapkan kelonggaran keterlambatan, metode ini sering disebut sebagai penelitian rasio keterlambatan (ratio delay study).
Prosedur pengambilan sampel kerja dapat diringkas menjadi lima langkah:
1.) Ambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai parameter (seperti persentase waktu sibuk seorang pekerja).
2.) Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan
3.) Buat jadwal untuk mengamati pekerja pada waktu yang layak. Konsep angka acak digunakan untuk mendapatkan pengamatan yang benar-benar acak. Sebagai contoh, 5 angka acak diambil dari sebuah tabel: 07, 12, 22, 25, dan 49. Nilai ini dapat digunakan untuk membuat sebuah jadwal pengamatan pada pukul 9:07, 9:12, 9:22, 9:25, 9:49.
4.) Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja.
5.) Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka (biasanya dalam prersentase).
Untuk menentukan jumlah pengamatan yang dibutuhkan, pihak menejemen harus memutuskan tingkat keyakinan dan ketepatan. Walaupun demikian, pertama kali seorang analis harus memilih nilai awal bagi parameter yang diamati (langkah 1 di atas). Pilihan ini biasanya diambil berdasarkan sampel yang berukuran kecil yang mungkin 50 pengamatan. Formula berikut memberikan ukuran sampel untuk tingkat keyakinan dan ketepatan yang diinginkan:
z2 p (1-p)
n = -----------------
h2
Di mana :
n = ukuran sampel yang dibutuhkan
z = devisi normal standar untuk tingkat keyakinan yang diinginkan
p = nilai perkiraan proposal sampel (waktu kerja operator yang diamati apakah sedang sibuk ataukah sedang menganggur)
h = tingkat kesalahan yang dapat diterima dalam persentase
contoh:
Manajer kantor kesejahteraan daerah di Michigan Country, Dana Johnson, memeperkirakan pekerjaannya menganggur sepanjang 25% dari waktu yang ada. Ia ingin melakukan pengambilan sampel kerja yang akurat pada rentang 3% dan ingin mendapatkan hasil tingkat keyakinan 95,45%.
Solusi : Dana menghitung :
z2 p (1-p)
n = ------------------
h2
di mana :
n = ukuran sampel yang dibutuhkan
z = 2 untuk tingkat keyakinan 95,45%
p = nilai perkiraan proporsional menganggur =25%= 0,25
h = tingkat kesalahan yang dapat diterima 3 % = 0,03
ia mendapat bahwa :
(2)2(0,25)(0,75)
n =
------------------------
= 833 pengamatan
(0,03)2
Pemahaman :
Jadi, pengamatan harus dilakukan sebanyak 833 kali. Jika persentase waktu mengaggur yang diamati tidak mendekati 25% seperti hasil penelitian, maka jumlah pengamatan dapat di hitung ulang dan ditingkatkan atau dikurangi sesuai dengan hasil penelitian.
Focus pada pengambilan sampel kerja adalah menentukan bagaimana para pekerja mengalokasikan waktu mereka di antara beragam aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan persentase waktu yang di habiskan oleh seseorang pekerja pada aktivitas-aktivitas yang ada daripada sejumlah waktu tertentu yang dihabiskan untuk tugas tertentu. Seorang analisis hanya mencatat aktivitas yang biasa dilakukan secara acak.
Pengambilan sempel kerja menawarkan beberapa kelebihan dibandingkan metode studi waktu, yaitu:
- pengambilan sampek kerja lebih murah karena hanya diperlukan seorang pengamat yang dapat mengamati beberapa pekerja secara bersamaan.
- Pengamat tidak membutuhkan pelatihan khusus, dan tidak diperlukan peralatan pengukur waktu khusus.
- Penelitian dapat ditunda kapan saja dengan menghasilkan sedikit dampak pada hasik.
- Karena pengambilan sampel kerja menggunakan pengamatan secara spontan pada waktu yang panjang, pekerja hanya memiliki sedikit kesempatan untuk memengaruhi hasil penelitian.
- Prosedur yang ada hanya sedikit mengganggu sehingga tidak menyebabkan pekerja merasa berkeberatan.
Adapun kekurangan dari pengambilan sampel kerja yaitu :
- Tidak membagi unsut kerja selengkap studi waktu
- Pengambilan sampel kerja dapat menghasilkan hasil yang bias atau tidak benar jika pengamat tidak mengikuti rute perjalanan dan pengamatan yang acak, serta
- Karena tidak mengganggu, pengambilan sampel kerja cenderung kurang akurat,terutama saat pekerjaan yang diamati memiliki waktu siklus pendek.
Kesimpulan
Standar tenaga kerja dibutuhkan untuk sebuah system operasi yang efisien. Standar tenaga kerja dibutuhkan bagi perencanaan produksi, perencanaan pekerja, pembuatan anggaran dan mengevaluasi kinerja. Dengan adanya standar tenaga kerja yang akaurat, menejemen dapat mengetahui apa kebutuhan tenaga kerja mereka, berapa biaya yang harus dikeluarkan, dan apa saja yang terkandung dalam satu hari kerja normal.
Standar tenaga kerja juga dapat digunakan sebagai dasar system insentif. Mereka digunakan di pabrik dan di kantor. Standar tenaga kerja dapat dibuat melalui empat cara, yaitu : Pengalaman masa lalu (historical experience), Studi waktu (time studies), Standar waktu yang telah ditentukan (predetermited time standards), Pengambilan sampel kerja (work sampling).
DAFTAR PUSTAKA
Heizer, jay dan Barry Render.2009.Manajemem Operasi.Jakarta:Salemba Empat
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran_Kerja_Manajemen_Operasi